header

Yuk Jadi Nasabah Bijak, Lindungi Diri dari Praktik Social Engineering yang Bisa Bikin Rekening Kering

47 komentar

Kejahatan terjadi bukan (hanya) karena ada niat pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan. Waspada lah! Waspada lah! 
(Bang Napi)

Masih ingat dengan pesan bang Napi ini? Ya, pesan yang masih terngiang-ngiang dalam benak kita. Bahwa kejahatan terjadi karena ada niat pelaku dan kesempatan yang datang bersamaan.

Jika tidak ada kesempatan, kejahatan tentu tidak akan terjadi. Begitu pun sebaliknya, jika tidak ada keinginan (niat) tidak akan ada kejahatan. Maka selalu awas dan waspada terhadap tindak tanduk kejahatan. Jika lengah, kejahatan akan mencari celah. Termasuk kejahatan siber dengan berbagai macam caranya.

Inilah yang terjadi pada teman saya, sebut saja namanya Bian. Bian adalah korban kejahatan siber dengan modus transaksi palsu. Si Penipu mengaku sebagai customer service sebuah bank tempat Bian menabung.

Penipu menginformasikan bahwa telah terjadi transaksi mencurigakan dari rekening pribadinya. Menurut Pelaku jumlah transaksinya sebesar 10 juta rupiah.

Modus social engineering

Bian memang memiliki rekening di bank yang disebutkan dan mempunyai tabungan yang lumayan. Bian panik, apalagi dari data-data yang disebutkan oleh si Penipu memang benar seperti data pribadi Bian.

Bian pun mulai terpengaruh dan percaya mengikuti alur drama yang dibuat si Penelpon. Ditambah lagi ada tawaran menarik dari customer service gadungan ini yang mengatakan akan membantu.

"Bapak tidak perlu khawatir karena Kami akan membantu untuk memblokirkan rekening Bapak." kata si Penipu di ujung telepon.

"Oh iya Pak, bisa tolong dibantu diblokir saja rekening saya Pak?" pinta Bian kala itu.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, bagai mendapat durian runtuh si Penjahat siber ini langsung menangkap mangsanya dengan rakus.

Mulailah si Penipu ini meminta beberapa data-data pribadi Bian. Mulai dari Nama, nomor KTP, tanggal lahir, alamat, hingga nama ibu kandung dan beberapa data penting lainnya.

Tak cukup sampai disitu, di akhir percakapan si Penipu ini menutup dengan kalimat pamungkasnya.

"Baik, data sudah kami cocokkan dengan sistem Kami. Dan beberapa saat lagi, Bapak akan dihubungi oleh customer service lain untuk mengecek apakah sudah diblokir atau belum."

Bian pun mengiyakan dan setuju dengan si Penipu ini. Selang beberapa detik dari telepon Penipu satu, hp Bian terdengar bunyi pesan masuk. Lebih kurang begini pesannya,

"Selamat siang Bapak Bian, Kami dari Bank X ingin melanjutkan perihal pemblokiran rekening bank atas nama Anda. Silakan mengecek proses pemblokiran rekening pada link berikut ini. Customer service ~ Zahra"

Bian yang kadung percaya, tanpa pikir panjang langsung menuruti perintah si pengirim pesan. Bian login ke akun bank pribadinya melalui link yang disematkan pada pesan tadi.

Disana Bian masih melihat bahwa rekening miliknya masih aman, semua uangnya masih ada di dalam. Bian pun lega, menurutnya perintah pemblokiran sudah berjalan. Bian pun tak menaruh curiga sedikit pun.

Selang beberapa jam setelah kejadian itu, Bian mendapat pesan masuk ke email pribadinya bahwa transaksi berhasil transfer dana senilai Rp 10.000.000, - ke nomor rekening yang tidak dikenal Bian.

Modus Sosial engineering

Beberapa menit kemudian, terjadi lagi transfer senilai Rp 5.500.000 ke rekening lain yang berbeda. Dan terakhir terjadi transfer ke rekening orang yang berbeda sejumlah Rp 5.000.000,- Total jumlah transfer tidak dikenal yang terjadi hari itu adalah Rp 20.500.000,-

Jumlah ini sekaligus menguras semua isi tabungan Bian di bank tempatnya menabung. Dia tidak tahu apa yang terjadi, menurutnya ini bisa saja karena kesalahan pihak Bank.

Segera dia melapor kepada bank tempatnya menabung. Dari pihak bank diketahui bahwa Bian telah login dengan fasilitas internet banking dan melakukan beberapa kali transfer. Bian tidak percaya, dia bahkan mengatakan bahwa tidak pernah memberikan username e-banking miliknya kepada siapa pun.

Oh, Bian baru tersadar ketika pihak Bank mengatakan apakah dia pernah login di jaringan yang tidak aman seperti wifi sharing atau mengisi link dari orang yang tidak dikenal. Disitu lah dia tersadar, lemas tak berdaya.

Seperti diketahui bahwa pihak Bank tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dana nasabah akibat kelalaian pribadi. 

Kejadian yang menimpa Bian bisa jadi juga dialami orang lain yang kurang melek internet atau pun literasi keuangan yang mengakibatkan terkurasnya semua tabungan. Jangan sampai kejadian yang dialami Bian, terjadi juga pada kita, saudara, teman, atau pun kamu semuanya.

Biasanya pelaku memanfaatkan kelengahan korban untuk meraup keuntungan. Sedikit saja korban lengah maka akan langsung dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Kejadian seperti ini dikenal dengan nama social engineering atau soceng

Kenali Praktik Social Engineering


Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Social engineering (Soceng) atau rekayasa sosial adalah cara untuk mengelabui atau memanipulasi korban guna mendapatkan berbagai data pribadi atau akses yang diinginkan.

Social engineering

Pelaku soceng sangat pandai memanfaatkan sisi psikologis korban. Seolah-olah korbannya seperti terhipnotis. Padahal mereka hanya memanipulasi keadaan hingga korban larut dalam skenario yang mereka buat. Korban sebenarnya dalam keadaan sadar.

Saya pun sering mendengar bahwa data pribadi yang kerap dijadikan sasaran pencurian data seperti nama lengkap, NIK, tanggal lahir, nama ibu kandung maupun data perbankan seperti nomor rekening, PIN, nomor kartu kredit, nomor CVV atau username akun e-banking.

Data-data ini adalah data pribadi, tapi mengapa masih bisa tersebar? Sering kan akhir-akhir ini kita mendengar sejumlah orang kehilangan uangnya di rekening akibat praktik soceng ini. Kebocoran data ini sebagian besar terjadi karena kelalaian pribadi.

Mengapa demikian? Tanpa kita sadari sering kali kita menerima banyak pesan yang mengatakan mendapat hadiah dan harus mengisi link tertentu. Tanpa ba-bi-bu lagi, si penerima pesan akan langsung mengisi link terkait.

Disinilah letak asal muasal permasalahan nya. Pencurian data dimulai. Kejahatan keuangan tak terelakkan. Ketika sudah terjadi, baru penasaran bagaimana bisa terjadi. Padahal kita sendiri yang kurang teliti.

Para penjahat siber ini sangat pandai memanfaatkan momentum. Lengah sedikit, rekening menyempit. Makanya kita harus siap siaga menyikapi praktik social engineering ini.

Kenali Jenis dan Modus Social Engineering


Kejahatan siber seperti social engineering  terjadi dengan berbagai macam jenis. Ada beberapa jenis kejahatan siber yang sering terjadi. Berikut jenis kejahatan siber dengan praktik social engineering yang sering terjadi

1. Phising adalah pencurian data nasabah yang dilakukan pelaku dengan cara penyebaran link palsu perbankan yang diisi oleh calon korban.

2. Vishing (Voice Phishing) adalah penipuan dengan cara menghubungi calon korban melalui telepon dengan berpura-pura sebagai petugas bank.

3. Skimming yaitu praktik menggandakan data nasabah melalui mesin ATM menggunakan alat Skimmer.

4. Sim Swap yaitu pencurian data nasabah dengan cara duplikat nomor hp korban untuk mengakses akun perbankan.

Modus Baru Praktik Social Engineering


Saya prihatin sekali dengan adanya pemberitaan yang menyebutkan bahwa masih saja ada orang yang terkena jebakan soceng ini. Baru-baru ini saya juga membaca, ada seorang driver ojol yang tertipu puluhan juta karena praktik social engineering ini.

Padahal korban soceng ini rata-rata telah memiliki telepon pintar sebagai alat komunikasinya. Mengapa masih bisa terkecoh juga? Rupa-rupanya para penjahat siber ini telah menggunakan berbagai modus baru untuk melakukan aksinya.

Dan aksi terbaru mereka dalam melakukan kejahatan siber ini tergolong rapi sekali. Sehingga jika korbannya tidak teliti rekening langsung dihabisi. Coba kita lihat modus terbaru praktik soceng berikut ini.

1. Menggunakan Akun Palsu Customer Service


Modus penipuan cara ini marak terjadi dan sering mengecoh para nasabah yang belum teredukasi literasi keuangan. Cara ini dimulai dengan berpura-pura menjadi customer service dari salah satu bank.

Modus baru soceng

Mereka menghubungi korban melalui pesan singkat ke nomor pribadi ataupun direct message di media sosial dengan menawarkan solusi permasalahan nasabah. Target mereka adalah Nasabah yang sedang menunggu tindak lanjut pengaduan atau keluhan nasabah.

Jika kebetulan bertemu dengan nasabah yang memiliki keluhan, tentunya nasabah akan langsung merespon tawaran menarik ini. Nasabah kurang teliti melihat nomor telepon penipu atau akun medsos mereka.

Jika merasa sudah 'diterima korban', Selanjutnya si penipu akan langsung melancarkan aksinya. Jika lengah sedikit saja, nasabah bisa menjadi sasaran praktik soceng.

2. Pembaharuan Data Nasabah


Pembaharuan data nasabah juga menjadi salah satu modus yang kerap dijadikan penjahat siber untuk mengecoh korbannya. Dari gaya bahasa, suara hingga cara mereka bertutur sangat professional sekali. Wajar saja jika banyak yang terkecoh.

Padahal jika diperhatikan para pelaku kejahatan perbankan ini selalu menggunakan nomor yang tidak biasa. Makanya sebagai nasabah kita harus jeli menerima telepon atau pesan singkat dari nomor yang tidak dikenal. Salah baca bisa membuat rekening kita jadi kering hehe

3. Perubahan Tarif Transaksi Bank


Penipuan online dengan menggunakan dalih perubahan tarif transaksi bank. Si Penipu akan berpura-pura sebagai petugas bank dan menghubungi nasabah secara random.

Modus perubahan tarif

Bagi nasabah yang terkecoh dan panik akan mudah terperangkap dalam 'jebakan batman' para penjahat siber ini. Targetnya adalah nasabah bank yang dipilih secara acak maupun pengguna media sosial.

4. Tawaran Menjadi Nasabah Prioritas


Siapa yang tidak mau jika mendapat tawaran sebagai nasabah prioritas tanpa ribet? Berbagai keuntungan dan prioritas layanan menjadi dambaan bagi semua nasabah. Belum lagi prestisius yang didapatkan oleh pemilik rekening. Karena hanya nasabah tertentu saja yang bisa menjadi nasabah prioritas.

Para pelaku kejahatan siber sangat tahu keinginan nasabah. Makanya mereka memanfaatkan impian nasabah dengan memberikan tawaran mudah. Bahkan jika ingin menjadi nasabah prioritas hanya cukup dengan mengisi formulir saja.

Disinilah ketelitian seorang nasabah diuji. Mana mungkin sebuah bank memberikan predikat sebagai nasabah prioritas tanpa syarat. Apalagi hanya dengan cara acak saja. Hanya mengisi formulir maka nasabah akan menjadi nasabah prioritas. hmm memangnya mudah jadi nasabah prioritas? Ini hanya akal-akalan mereka saja.

5. Tawaran Menjadi Agen Laku Pandai


Apa itu agen Laku Pandai? Menurut website sikapiaung.ojk.go.id Agen laku pandai adalah sebuah program sebagai penyedia layanan keuangan tanpa kantor untuk penyediaan layanan keuangan melalui kerja sama dengan pihak lain atau agen bank.

Untuk menjadi agen laku pandai tentu saja ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Menjadi agen laku pandai juga harus memenuhi kriteria yang diterapkan oleh bank yang bersangkutan barulah bisa mendapatkan mesin EDC untuk bertransaksi.

Penjahat siber akan menghubungi korban dan memberikan tawaran menarik menjadi agen laku pandai tanpa syarat yang rumit. Pelaku hanya meminta calon korban melengkapi berkas melalui formulir yang dikirim oleh mereka. Kemudian menyuruh calon korbannya untuk mentransfer sejumlah uang untuk mendapatkan mesin EDC. Target para penjahat siber ini adalah orang yang belum teredukasi literasi digital

Tips Aman Terhindar dari Modus Social Engineering


Berikut ini tips aman yang bisa kamu gunakan agar terhindar dari modus social engineering (soceng) ini.
  1. Jaga kerahasiaan data pribadi seperti PIN, Username, password, OTP, CVC/CVV nomor kartu hingga tanggal expired date kartu ATM maupun kartu kredit kamu ya.
  2. Aktifkan verifikasi 2 langkah serta notifikasi SMS dan email yang terhubung pada telepon pribadi. Hal ini terbukti mampu mencegah kerugian yang lebih besar dari nasabah.
  3. Teliti sebelum mengklik, mengisi bahkan membagikan link tertentu.
  4. Jangan pernah memposting data pribadi di sosial media.
  5. Ingat call center resmi bank tempat menabung. Bagi Kamu nasabah bank BRI ingat kontak dan media sosial bank BRI dibawah ini ya.

Sosmed BRI

Kejahatan siber memang selalu mengintai kita setiap saat. Jika kurang awas, maka uang tabungan kita bisa terkuras.

Apa yang Harus dilakukan Jika Menjadi Korban Social Engineering?


Jika kamu menjadi korban kejahatan siber social engineering (soceng), langkah berikut ini bisa kamu lakukan.

A.Tenang dan Tetap Berpikir Jernih


Terburu-buru dalam bertindak bisa saja berakibat salah langkah. Musibah tidak bisa dicegah, namun kita masih bisa membuatnya berhenti sampai disitu. Makanya tenang dan tetap berpikir jernih.

B. Blokir Online


Hubungi customer service 24 jam bank terkait. Nasabah Bank BRI bisa memanfaatkan call center BRI 24 jam di nomor 14017 atau 1500017. Segera lakukan pemblokiran online.

C. Lapor Polisi


Bisakah 'begal' rekening ini dikenai sanksi hukum? Sangat bisa bahkan bisa dikenakan banyak pasal.
Pasal yang bisa dikenakan pada pelaku soceng adalah pasal 362 KUHP atas tindak pidana pencurian ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun. Pasal 30 juncto pasal 46 UU No 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) ancaman hukumannya 9 tahun dan atau denda paling banyak 3 miliar. Bisa juga dikenakan UU no 3/2011 ancaman hukumannya 5 tahun dan atau denda paling banyak 5 Miliar. (Sumber hukum online.com)

Menurut OJK, hingga Juni 2022 total kerugian nasabah akibat Fraud external sebesar Rp 11,8 Miliar. Sedangkan total kerugian bank sebesar Rp 246,5 Miliar.

Mengapa masih banyak saja kejahatan siber? Karena ketidaktahuan masyarakat akan berbagai modus baru penipuan online.

Selain itu masyarakat juga enggan melaporkan kejadian yang menimpa dirinya dengan berbagai alasan. Tak dapat dipungkiri bahwa pelaporan ke pihak berwajib akan menguras waktu dan tenaga.

Tetapi jika ingin membuat pelaku jera, seharusnya korban soceng melaporkan kerugiannya kepada pihak berwajib. Agar pihak berwajib juga memiliki dasar hukum yang kuat untuk menerapkan hukuman kepada pelaku.

Saya pernah membaca jika sebuah kejahatan tanpa adanya laporan dari korban tidak akan diproses secara hukum. Artinya pelaku akan tetap bisa melenggang bebas diluaran sana dan melancarkan aksinya kembali.

Ayo Lapor polisi

Yuk lapor polisi! Agar polisi juga bisa bergerak menangkap para pelaku dan memberi efek jera pada penjahat siber ini.

Bagaimana agar kejadian serupa tidak terulang lagi? segera lakukan langkah pamungkas berikut ini.

D. Edukasi Diri dengan Literasi Keuangan


Banyak yang masih belum paham bagaimana mengedukasi diri dengan literasi keuangan. Padahal dengan mengedukasi diri kejadian pembobolan rekening akibat praktik soceng bisa dihindari.

Bagaimana cara mengedukasi diri dengan literasi keuangan? Salah satu cara menghindari praktik social engineering adalah dengan menjadi nasabah bijak.

Jadi Nasabah Bijak dengan Melek Literasi Keuangan


Literasi keuangan adalah kemampuan dalam memahami pro dan kontra suatu keputusan keuangan, pertimbangan biaya dan percaya diri memutuskan apa yang harus dilakukan (sumber Wikipedia)

Tujuan literasi keuangan adalah tahu dan mampu memanfaatkan berbagai produk dan jasa keuangan, terlepas dari pro dan kontranya, untuk masa depan yang lebih baik.
Mengedukasi diri dengan literasi keuangan artinya tahu mana produk investasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pribadi untuk mendapatkan imbal hasil yang bisa digunakan untuk memperbaiki masa depan.

Selain itu, salah satu manfaat utama dari literasi keuangan adalah seperti yang sedang marak saat ini agar terhindar dari kejahatan social engineering atau soceng. 

Masih menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa hanya ada 21,84% ada pada kelompok well literate. Kelompok well literate artinya masyarakat yang memiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap produk jasa keuangan seperti fitur, manfaat, resiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan hingga memiliki keterampilan dalam memanfaatkan produk jasa keuangan.

75,69% masyarakat Indonesia berada pada posisi sufficient literate artinya telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang produk jasa keuangan namun belum memiliki keterampilan dan memanfaatkannya dengan baik.

Sedangkan 2,06% masih tergolong less literate yaitu hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan jasa keuangan saja.

Masih ada 0,41% kelompok masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang produk dan jasa keuangan serta tidak memiliki keterampilan untuk memanfaatkan produk jasa keuangan (not literate)


Inilah saatnya melek literasi keuangan dengan menjadi nasabah bijak bersama PT Bank Rakyat Indonesia dengan bantuan Penyuluh Digital.

Penyuluh digital ini nantinya akan dilakukan oleh pegawai bank BRI yang diterjunkan ke masyarakat. Seperti kita ketahui bahwa bank BRI adalah salah satu sahabat terdekat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) hingga saat ini telah menjangkau usaha Ultra Mikro (UMi).

Penyuluh digital akan mengoptimalkan layanan digital yang ada pada bank BRI. Selain itu penyuluh digital juga bertujuan mengedukasi masyarakat tentang literasi keuangan melalui gerakan nasabah bijak.

Gerakan nasabah bijak adalah sebuah komunitas yang bertujuan memberikan literasi keuangan kepada masyarakat Indonesia bagaimana cara mengelola uang. Termasuk juga cara melunasi hutang, pengetahuan tentang suku bunga, tabungan pensiun, perpajakan, dan manfaat produk keuangan lainnya.

Selain itu gerakan nasabah bijak juga bertujuan memberikan edukasi tentang kejahatan siber (social engineering) di sektor perbankan serta cara bagaimana cara mencegahnya.

Manfaat lainnya agar nasabah memiliki rasa aman dalam bertransaksi digital karena mendapatkan pendampingan yang tepat dari penyuluh digital. Yuk, jadi nasabah bijak! 
Saat ini bank BRI telah memiliki berbagai macam layanan digital seperti digital banking BRImo, BRISPOT untuk pengajuan dan layanan kredit, agen laku pandai BRILink, dan aplikasi BRIAPI yang terintegrasi dengan aplikasi pihak ketiga.

Dengan segudang kelengkapan digital yang dimiliki oleh bank BRI ini, diharapkan masyarakat bisa memanfaatkannya dengan maksimal dan rasa aman. Untuk itu diperlukan masyarakat yang melek literasi keuangan.

Saya pernah mendapat cerita dari saudara yang bekerja di salah satu bank pemerintah mengatakan bahwa, masih banyak para pelaku usaha yang ingin mencairkan insentif dari pemerintah tetapi tidak tahu cara membuka rekening. Rata-rata mereka adalah para pelaku usaha yang belum melek internet dan tersentuh digitalisasi.

Boro-boro mau mengerti produk perbankan dan sejenisnya. Bahkan mau masuk ke bank untuk membuka rekening saja baru pertama kali mereka lakukan. Disinilah manfaat utama sebagai nasabah bijak dengan bantuan Penyuluh digital.

Menjadi nasabah bijak dengan bantuan penyuluh digital sebagai langkah Bank BRI untuk membuat masyarakat lebih teredukasi tentang literasi keuangan, terampil, serta mampu memanfaatkan produk dan jasa keuangan hingga masyarakat terbebas dari kejahatan siber di era digitalisasi. 

Kejahatan siber bisa dicegah dengan menjadi nasabah bijak. Dengan memiliki literasi keuangan, tentu saja berbagai modus social engineering bisa diminimalisir.

Yuk Jadi Nasabah Bijak, Amankan Rekening dari Praktik Social Engineering


Nasabah Bijak Bank BRI

Menjadi nasabah bijak bisa membuat kita lebih terlindungi dari kejahatan siber social engineering ini. Apalagi selain bisa mengamankan rekening dari praktik social engineering, jadi nasabah bijak juga bisa memiliki manfaat lain. 

Manfaat Menjadi Nasabah Bijak


Saya melihat dengan menjadi nasabah bijak kita akan memperoleh banyak manfaat. Saya mencatat beberapa manfaat yang didapat dengan menjadi nasabah bijak, antara lain:
  • Mengetahui berbagai jenis produk perbankan dan tahu cara memanfaatkannya.
  • Memanfaatkan produk perbankan sesuai kebutuhan dan kemampuan untuk meningkatkan kesejahteraan
  • Melengkapi diri dengan pengetahuan keuangan bisa terhindar dari social engineering (soceng)
  • Mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
Bank BRI sebagai salah satu badan usaha milik negara yang bergerak dibidang perbankan mengajak masyarakat untuk lebih cerdas dalam mengelola keuangan dan cara aman bertransaksi dengan layanan digital.

Menjadi nasabah bijak artinya kita bukan hanya turut mengedukasi diri sendiri, tetapi juga turut mengedukasi masyarakat agar terhindar dari praktik kejahatan siber. Mengamankan rekening agar terhindar dari praktik social engineering. Yuk, jadi Nasabah Bijak!

Penutup


Kejahatan siber atau social engineering bisa saja membuat rekening kering. Tetapi apabila kita mau mengupgrade diri dengan ilmu dan pengetahuan tentang literasi keuangan, tidak ada celah bagi kejahatan perbankan.

Jadi nasabah bijak artinya turut menyebarkan kepedulian kepada banyak orang agar memiliki masa depan yang lebih baik. Terhindar dari praktik kejahatan dan paham literasi keuangan. 

Yuk, jadi Nasabah Bijak, jangan beri celah pada penjahat social engineering yang bisa bikin rekening kering. Kamu punya pengalaman juga nggak dimodusin sama penjahat soceng ini? Sharing dong. 

Salam Nasabah Bijak,
Yunnie Wijaya

Referensi:
https://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-konsumen/Pages/Literasi-Keuangan.aspx
https://www.hukumonline.com/klinik/a/tanggung-jawab-bank-atas-pembobolan-rekening-nasabah-lt5ea6e27adf366
Tulisan MQ
Hi I'm Yunniew, nice to know that you sure interest visit to my blog. Here's my journey. If any inquiries or campaign please drop an email to Yunniew@gmail.com

Related Posts

47 komentar

  1. Tahun lalu sempat hampir terkena penipuan dari Twitter. Modusnya sama, disuruh WA untuk menghubungi "agen call center". Alhamdulilah nggak sampai transfer karena kebetulan ATMnya sedang error XD Baru tahu kalau namanya social engineering huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, modus begini sekarang makin marak ya. Harus lebih hati-hati. Khilaf sedikit, tabungan lewat. Alhamdulillah ga sampai terjadi pengiriman uang ya kak.

      Hapus
  2. Kisah yang di awal yang dialami oleh Bian mengingatkan saya kisah Bapak Social Engineering, Kevin Mitnick. Modusnya sama, hanya saja memang yang dicuri berbeda.

    Menjaga data pribadi itu penting. Ya, meskipun sekarang keamanan data pribadi masih rada kureng di Indonesia. Terlebih lagi dengan adanya kasus bocor-bocor data yang ada baru baru ini..Sasaran yang paling sering memang nasabah bank, dan seseorang yang datanya sudah dilacak dan miliki pergerakan uang yang banyak..

    Selain kita yang harus lebih hati-hati lagi, ya pesan saya sih untuk hacker, kalau bisa jangan menyerang..wkwkw..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Modus serupa meskipun sering terjadi masih banyak juga yang terkecoh lho Kak.Yuk jadi Nasabah Bijak aja Solusinya.

      Tolong ya Fraudster jangan menyerang kami. #lho

      Hapus
  3. Biasanya m-banking kalau pakai koneksi wifi umum gk bisa dpakai sih.. Tp untuk jaga" kita memang harus bisa mengedukasi diri kita sendiri dan org dsekitar khususnya untuk ortu jg nih yg kadang masih blm faham dunia digital.. Mkasih mba artikelnya jd reminder bgt nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa di ambil manfaatnya ya mbak.

      Hapus
    2. Iya mbakk,, bermanfaat banget nih khususnya untuk kita yg awam dengan literasi digital dan asal menelan info mentah aja tanpa verifikasi lg.. Semoga kita djauhkan dgn kjahatan siber ya.. Aamiin..

      Hapus
  4. Dulu, waktu masih berteman dg kartu kredit, saya hampir saja tertipu saat menerima telpon yang mengatasnamakan sebuah bank BUMN. Katanya saya dapat hadiah... Hampir saja saya masuk perangkap!
    Hari gini memang harus makin waspada dg kemasan siber ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah masih di Lindungi Allah ya Dok. Memang harus jeli dengan segala bentuk kejahatan yang siber ini. Banyak modus dan Cara-cara halus yang membuat orang awam mudah tertipu. Makanya gerakan nasabah bijak ini Bikin kita lebih melek literasi keuangan Dok.

      Hapus
  5. Jadi inget pernah nonton channel Youtube yg kerjaannya ngejahilin penjahat siber. Di US, sistem perbankan nya kurang bagus. Kami ngha bisa transfer antar bank kyk di Indonesia, ngisi formilir di bank terus terkirim uangnya. Kami harus pakai aplikasi pihak ketiga buat transfer uang. Urusan duit2 juga kebanyakan dilakukan lewat telpon
    Kebayang kan, betapa banyak orang sini yg jadi sasaran empuk. Kerennya lagi, pelakunya bukan orang sini, tapi orang India yang tinggal di India!

    Youtuber yg ngejahilin penjahat siber ini emang ngerti cara ngehack. Jadi dia bisa tau orang yg ngelakuin kejahatan siber tuh siapa, di mana, bahkan sampai ada videonya.

    Harusnya di pemerintah ada badan khusus intelijen yg bisa kayak gini ya. Membasmi penjahat siber juga bagian dari tanggung jawab pemerintah, kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Susah juga kalau kayak gini ya mbak. Agak ribet kalau kita nggak teliti urusan tranfer uang antar bank.
      Pemerintah sudah meregulasi dalam berbagai aturan dan sanksi Hukum tapi tetap saja masih banyak yang tertipu. Makanya diperlukan edukasi literasi keuangan agar terhindar dari praktis soc3ng ini. Salah satunya dengan jadi nasabah bijak.

      Hapus
  6. Dulu hampir kena vishing di pom bensin. Telepon ke bank, Tapi merasa janggal karena si operator minta pin. Akhirnya aku langsung tutup sambungan teleponnya. Kadang kita dalam keadaan panik bisa melakukan hal yang diminta sama orang itu, jadi kudu waspada dengan keadaan sendiri ya kak. 😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, untung masih bisa berpikir jernih ya kak. Memang tenang jadi jalan penyelamat dari tindak kejahatan siber ini Kak. Semoga selalu waspada ya.

      Hapus
  7. Jd nasabah memang harus bijak dan jeli ya kak. Jgn sampai mudah tertipu oleh modus2 pencurian, dan memberikan kode2 rahasia kita.

    BalasHapus
  8. sy pernah hampir saja ketipu, untungnya Allah masih melindungi. Bahkan kemarin juga ada yg jahil mau modusin lagi, tak respon ketus mbak, nek gk gitu diuber. Sudah kenyang beginian, tapi tetap harus waspada ya, sy pakai rekening buat lewat uang saja. Toh kalaupun nyimpen enggak byk² hhhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha ada juga yang suka begini mbak. Kadang juga mereka masih kekeuh meyakinkan kita kalau itu beneran. Intinya tetap waspada dan jaga data diri ya mbak. Jangan lengah.

      Hapus
  9. makin ke sini, modus penipuan nih makin banyak dan beragam, serem banget. saking kreatifnya orang2 😅 alhamdulillah aku nggak pernah kena karena orangnya curigaan HAHA lol banget. berkat sering baca thread di twitter juga sih hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah banyak Baca informasi begini juga bisa bikin kita makin teredukasi ya mbak. Jangan lupa Ajak teman dan saudara agar lebih waspada dan edukasi diri dengan literasi keuangan juga ya mbak. Yuk Ajak banyak orang jadi nasabah bijak.

      Hapus
  10. Serem ya kasusnya Bian n kejahatan siber semacam itu. Makasih kak tulisannya jd reminder bgt klo kita hrs waspada & hati²

    BalasHapus
  11. Serem banget ya kejahatan siber saat ini, kmrn juga baru tau ada kasus Bank salah transfer tapi nasabah yang kena sanksi. Makasih banyak udah sharing informasi berharga ini jadi lebih hati-hati lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh maksudnya gimana ini ya mbak? Kok bisa nasabah ya kena ya?

      Kalau yang pernah saya Baca itu ada Dana siluman masuk ke nasabah dan di Pakai sama nasabah itu. Nah makanya ini nasabah yang kena, karena memang bukan hanya dia toh. Nasabah bisa kena ini mbak.

      Kita juga patut waspada terhadap Praktik seperti ini ya.. Ada Dana siluman begini jangan di Pakai tapi harus Lapor bank. Atau kalau didiemin aja nanti juga uangnya hilang kok mbak.

      Hapus
  12. Makin banyak ya kejadian seperti yang dialami Bian. Penyebabnya bisa dari kelalaian nasabah sendiri atau kebocoran data dari bank tersebut. Soalnya aneh juga si penelepon koq bisa tau kita nasabah bank x dan punya data2 nasabah. Ngeri2 sedap ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya mereka random aja Kak. Kadang juga dapat data dari sosmed, atau link yang kita isi. Tetap waspada ya.

      Hapus
  13. Pas zaman mahasiswa dulu aku pernah hampir kena. Sampai minta norek, tapi aku kasih norek yang saldonya minimal. Dan itu terus diuber-uber berhari-hari. Alhamdulillah masih dilindungi saat itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah masih di Lindungi ya Kak. Tetap waspada ya Kak.

      Hapus
  14. Memang lagi marak modus-modus penipuan begini. Kasihan juga dengan korbannya.

    Perlu adanya penyuluhan seperti yang dijelaskan dalam artikel ini agar hal-hal tidak menyenangkan tidak terjadi. Semoga kita semua dapat menjadi Nasabah Bijak BRI. Karena Teddy juga menggunakan Bank ini Hehe.

    Terima Kasih Kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya lebih hati-hati yaa Kak. Lagi marak sekarang. Jadi Nasabah BRI harus jadi nasabah bijak ya Kak :)

      Hapus
  15. Wow jadi tau banyak. Jadi ini namanya social engineering ya. Cara orang nyuri data semakin ngeri, tapi kurang literasi juga bikin orang mudah memberikan data. Perlu banget semua melek tentang keamanan data pribadi. Nice info Mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Kak. Harus lebih waspada dan jangan sampai masuk jebakan soceng.

      Hapus
  16. ada aja caranya untuk melakukan penipuan. pertanyaannya kenapa mereka bisa tau informasi tentang kita. nah kebocoran itu yang harus diselesaikan dulu. saya sih belum pernah ada yang beginian. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau belum pernah Kak. Tetap waspada ya.

      Hapus
  17. Modus soceng gini emang lagi marak. Selain memanfaatkan kondisi psikologis korban, mereka juga bisa mendapatkan data nama lengkap yang entah dari mana bisa mereka dapatkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini yang harus diwaspadai. Data kita entah sudah tersebar dimana-mana nggak bisa dicegah lagi. Pokoknya kitanya sendiri yang harus pandai dan lebih waspada. Lagi.

      Hapus
  18. apalagi kalau sampai menyampaikan keluhan di kolom komentar ig misalnya, pasti setelah beberapa menit akan ada akun palsu yang mengatasnamakan bank mengirimkan dm, seolah-olah dia CS asli dari bank tsb. cek kembali keaslian akun sosmed dari bank terkait.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kakaaak..Pengalaman kita sama banget haha. Berarti ke semua orang dia begini ya. Ngeri banget kalau nggak jeli dengan akun sosmed resmi bank terkait, bisa masuk perangkap nie.

      Hapus
  19. Lengkap sekali info nya kak. Terima kasih sudah mau berbgai ilmu penting seputar kejahatan siber ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir Kak. Tetap waspada ya Kak terhadap segala modus kejahatan social engineering ini.

      Hapus
  20. Serem banget ya itu para begal rekening. Tabungan bisa rain sekejap mata. Padahal ngumpulin nya susah banget... Benar, kita harus waspada dan sangat menjaga akses data pribadi biar aman.

    BalasHapus
  21. Jaman sekarang memang ngeri ya kak, kita harus selalu waspada jangan sampe lengah agar tidak terjebak ke penipuan model gini yang memakan banyak korba, makasih banyak artikelnya sangat bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kak, semoga bermanfaat Dan buat kita selalu waspada ya.

      Hapus
  22. Ooo.. Begitu ya mbak.. Memang dih banyaaak banget cara yang dilakukan para penipu buat ngelabuhin orang2 tuh.. semoga kita selalu diselamatkan dari hal-hal buruk, ya mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aminn, semoga kita selalu waspada Dan dilindungi ya mbak.

      Hapus
  23. Memang saat ini lg banyak praktik penipuan seperti ini dan targetnya orang orang yg gak paham teknologi, tulisan nya sangat membantu kak saya share yah

    BalasHapus

Posting Komentar