Hi SobatMQ!
Sebagai orang yang menekuni dunia tulis-menulis, pasti kamu ingin sekali apabila karyamu bisa diterbitkan. Entah itu diterbitkan melalui surat kabar, majalah, maupun dalam bentuk buku. Memilih penerbit memang tidak mudah, apalagi bagi yang awam sekali mengenai penerbitan.
Saya adalah salah satu orang yang masih minim pengetahuan mengenai dunia penerbitan. Saya awalnya tidak paham istilah penerbit indie maupun penerbit mayor. Saya seringnya hanya menyimak dalam diam, apa yang menjadi topik penulis mengenai jenis-jenis penerbit ini.
Beruntung sekali, sejak bergabung dalam komunitas One Day One Post (ODOP) di tahun 2021, saya sedikit banyak sudah memiliki gambaran mengenai jenis penerbit yang bisa saya pilih.
Bagi kamu yang tertarik mengetahui jenis penerbit mana yang cocok dengan karya tulis kamu. Sebaiknya kamu perlu menyimak postingan saya berikut ini ya.
Mengenal Jenis-Jenis Penerbit
Sebelum membahas tentang jenis-jenis penerbitan, sebaiknya kamu mengetahui dulu pengertian dari penerbitan.
Mengutip dari Wikipedia, penerbitan adalah aktivitas pembuatan atau pendistribusian buku maupun surat kabar yang dilakukan oleh industri yang berkonsentrasi memproduksi dan memperbanyak literatur atau informasi sehingga dapat dinikmati oleh publik secara luas.
Menurut sistem penerbitannya, penerbit dapat dibedakan menjadi:
1. Penerbit umum (konvensional)
2. Penerbitan mandiri (self publish) dimana penulis sebagai penerbitnya
Dalam postingan ini saya akan menjelaskan lebih lanjut mengenai jenis-jenis penerbitan. Dalam dunia kepenulisan macam-macam penerbit buku dibagi 3, yaitu:
1. Penerbit Mayor
Penerbit yang memperoleh hak atas naskah, memberikan dukungan editorial, produksi, serta menangani distribusi dan pemasaran. Penulis yang naskahnya diterbitkan oleh penerbit mayor akan menerima royalti dari penjualan buku.
Menurut pembicara salah satu pemateri komunitas ODOP yang menjelaskan tentang penerbit ini, besaran royalti yang diberikan kepada penulis berkisar antara 10-15% dari harga buku.
Penerbit mayor atau penerbit besar memiliki kesiapan modal usaha yang tidak tanggung-tanggung. Penerbit mayor juga lebih dikenal masyarakat, karena memiliki sepak terjang dalam dunia penerbitan dalam skala besar, memiliki perangkat promosi yang mendukung, serta memiliki toko buku. Contoh penerbit mayor yang kita kenal seperti penerbit Gramedia, Mizan, dan lainnya.
2. Self Publishing
Self publishing memungkinkan penulis untuk menerbitkan karyanya sendiri tanpa melalui kurasi penerbit. Selain itu, penulis juga memegang kendali penuh atas proses tersebut. Seringkali penulis menangani semua aspek penerbitan mulai dari desain cover, layout, editing hingga promo.
Kecuali ISBN akan dibantu pengurusan oleh penerbit, karena perpusnas tidak melayani pengurusan ISBN perorangan.
Kontrol kreatif
Penerbitan mandiri memungkinkan penulis untuk mempertahankankendali penuh atas konten, desain, hingga proses publikasi. Kontrol penuh ini memberi penulis kebebasan untuk mewujudkan visi kreatif mereka.
Penerbitan lebih cepat
Proses penerbitan mandiri (biasanya) lebih cepat dibandingkan publikasi oleh penerbit mayor. Hal ini tentu saja menguntungkan penulis untuk dapat menyampaikan karyanya lebih cepat kepada pembaca
Peningkatan royalti
Penulis yang menerbitkan bukunya secara mandiri sering menerima bagian keuntungan yang lebih besar dari penjualan buku, karena tidak adanya pembagian royalti kepada penerbit.
Aksesibilitas
Platform penerbitan mandiri memudahkan penulis menjangkau khalayak global dan mendistribusikan karyanya, bagaimanapun latar belakang dan lokasinya.
Dengan adanya penerbitan mandiri ini kemudian membuka peluang usaha sebagai writerpreneur. Jadi tidak hanya berprofesi sebagai penulis saja, tetapi juga memberdayakan kemampuan yang ada pada diri sendiri.
Apalagi sekarang banyak juga penulis yang melakukan branding diri di media sosial serta melakukan penjualan buku secara langsung. Saya sering melihat penulis-penulis besar melakukan hal ini. Why not?
3. Penerbit Indie
Penulis Indie memberi kesempatan pada penulis untuk berkolaborasi dengan penerbit. Dalam hal ini penerbit indie akan menyediakan beberapa layanan serta menawarkan penulis untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Bagi pemula sebaiknya menerbitkan buku melalui penerbit indie dirasa solusi jitu, karena semua layanan layout, desain cover, dan editing sudah tersedia di penerbit ini. Teman-teman saya yang menerbitkan karya antologi biasanya memilih penerbit indie.
Penerbit indie lebih fokus pada pasar
Penerbit independen seringkali mengkhususkan diri pada genre, topik, atau audiens tertentu. Sehingga penerbit indie lebih memberikan perhatian dan dukungan yang lebih personal pada penulisnya.
Pendekatan fleksibel
Penerbit independen lebih gesit dan responsif terhadap perubahan tren pasar dan kebutuhan penulisnya, sehingga pengambilan keputusan dan adaptasi lebih cepat.
Hubungan kolaboratif
Penerbit independen lebih sering membangun hubungan yang kuat dengan penulisnya, sehingga pengalaman penerbitannya lebih praktis dan personal.
Strategi inovatif
penerbit independen mungkin lebih bersedia bereksperimen dengan model penerbitan baru, teknik pemasaran, dan saluran distribusi untuk menjangkau pembaca.
Kelebihan dan Kekurangan Penerbit Berdasarkan Pendekatannya
Penerbit Mayor
Kelebihan menggunakan penerbit mayor adalah penulis tidak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun, kamu cukup menyiapkan naskahnya saja. Bahkan penerbit mayor juga menyiapkan dukungan editorial, distribusi, serta pemasaran. Penulis tinggal duduk manis dan bantu promosi sebisanya kemudian tinggal menerima royalti.
Tapi apakah semudah itu untuk bisa menerbitkan karya di penerbit mayor? Oh tidak! Inilah yang menjadi kekurangan penerbit mayor.
Sisi kekurangan dari penerbit mayor adalah masa tunggu respon (feedback) dari penerbit relatif lama, minimal 3 hingga 6 bulan. Ini tentu saja dikarenakan banyaknya naskah yang masuk, sehingga penerbit membutuhkan waktu lebih lama untuk memvalidasi karya.
Selain itu, hal lain yang kekurangan penerbit mayor adalah kendali penulis lebih kecil, bahkan bisa saja karya kita dibabat habis oleh editor jika tak sesuai pandangan mereka. Masalah fee atau pendapatan royalti juga cenderung lebih rendah.
Self Publishing
Penerbit mandiri memungkinkan untuk mendapatkan kontrol kreatif dan royalti jadi lebih tinggi, namun penulis bertanggung jawab atas semua aspek penerbitan, hingga pemasaran.
Penerbit Indie
Penerbit independen atau indie menawarkan keseimbangan sumber daya penerbit dan kontrol penulis, dengan model risiko dan imbalan bersama. Beberapa penerbit indie yang disebutkan penulis seperti Embrio publishing, Caesar Media Pustaka, dan lainnya.
Jika kita lihat, kelebihan dan kekurangan masing-masing penerbit memiliki sisi yang bisa dipertimbangkan. Tinggal pilihan kembali ke tangan penulisnya saja. Jika memilih penerbit mayor tentu saja membuat karya kita diakui di khalayak. Tetapi, minusnya kita harus menunggu lama untuk mendapatkan respon dari penerbit mayor. Waktunya hingga berbulan-bulan. Jika sabar menanti tak masalah hehe.
Kesabaran akan berbuah manis ketika karya kita diterima dan berhasil diterbitkan. Namun, lain cerita jika naskah yang dikirim ternyata tak lolos kurasi, tentu sakit yang tak berdarah hehe. Tetap semangat ya Sobat jika kamu termasuk tim yang senang berjuang di jalur penerbit mayor.
Kamu prefer ke penerbitan mana untuk menerbitkan karya terbaik kamu? Boleh komen di bawah ya :)
Salam,
Yunniew
Posting Komentar
Posting Komentar