Hi SobatMQ!
Anak yang sudah berusia 6-7 tahun pada umumnya sudah mengenyam pendidikan sekolah dasar. Rata-rata di Indonesia usia sekolah dasar (SD) 6-7 tahun. Meskipun ada juga di beberapa daerah terpencil karena akses sekolahnya sulit, usia sekolah dasar lebih dari ini.
Berkaca dari pengalaman saya pribadi pun, anak pertama saya masuk sekolah dasar pada usia 6 tahun 5 bulan. Dengan pendidikan sebelumnya 2 tahun di Taman Kanak-kanak (TK).
Selama 2 tahun sekolah di TK, anak saya tentu saja sangat happy, karena sepanjang hari selama bersekolah selalu dipenuhi dengan bermain sambil belajar. Saya melihat anak saya tidak terbebani dengan pelajaran di TK karena dibalut dengan permainan yang menarik.
Berbeda halnya ketika dirinya sudah memasuki dunia SD. Pelajaran yang lebih serius, bahkan lebih banyak teori. Ditambah lagi jam belajar sekolah yang full seharian. Anak saya menilai sekolah SD berbeda dengan TK dalam hal waktu bermain haha.
"Kalau di SD, nggak ada permainannya Mami, sekolahnya lebih banyak menulis sama mendengarkan Ustadzah di kelas." Begitu celoteh si Kakak suatu hari ketika pulang sekolah.
Dari sini saya pun memberi pengertian padanya tentang perbedaaan sekolah TK dan sekolah SD. Dimana keduanya memiliki cara dan durasi waktu belajar yang berbeda. Untungnya, dirinya cepat memahami dan segera beradaptasi dengan lingkungan SD. Jadi tidak ada yang namanya culture shock ketika memasuki peralihan dari sekolah TK ke SD.
Mengapa Anak Tidak Siap Masuk SD?
Sob, pernah nggak sih kita bertanya pada anak-anak yang akan masuk usia sekolah SD.
"Kamu mau sekolah SD nggak? "
atau,
"Kamu sudah berani sekolah SD belum?"
Pada suatu ketika anak saya usia TK, pernah saya tanya hal demikian. Dan jawabannya sungguh membuat saya kaget. Dirinya mengatakan bahwa,
"Aku nggak mau sekolah SD, maunya di TK aja karena kalau sekolah SD nanti nggak bisa main lagi. Nggak punya teman lagi. Nggak kenal Ustadzahnya..." Dan masih banyak lagi alasannya pada saat itu.
Dari sini, dapat kita ketahui bahwa anak-anak yang mengatakan belum siap masuk SD, tentu saja bukan karena alasan akademis, tetapi lebih ke masalah psikologisnya. Dalam sebuah seminar di TKIT Nurussunah Batam, psikolog Paramita Estikasari, S.Psi., M.Psi., psikolog, menyebutkan bahwa, anak yang takut masuk SD dikarenakan persepsi yang salah tentang SD.
Persepsi yang Salah Tentang SD Menjadikan Anak Takut Masuk SD
Anak yang tidak mau sekolah, biasanya diawali dengan persepsi yang negatif terhadap sekolah. Persepsi adalah pandangan kita, bagaimana kita memandang sesuatu. Anak-anak yang merasa belum mau sekolah karena sebuah persepsi yang salah tentang sekolah, misalnya:
"Ah di sekolah nggak enak, mainnya sedikit."
"Sekolahnya nggak enak, gurunya galak."
"Nanti kalau SD, aku nggak punya temen kayak di TK." dan sebagainya.
Persepsi inilah yang harus diluruskan pada anak. Orangtua harus berupaya penuh untuk memberikan input positif pada anak perihal pandangan negatif ini. Dalam hal ini, beberapa nasihat, obrolan panjang tentang SD bisa sangat membantu anak merubah pandangan ini.
Kalau saya pribadi, hal yang saya lakukan agar anak saya exited masuk SD dari kesengannyanya kecintaannya di TK, saya melakukan langkah-langkah berikut.
1. Ngobrol tentang sekolah baru
Sering ngobrol tentang SD, bahwa di sekolahnya yang baru dirinya akan banyak ketemu teman baru, Ustadzah baru, dan gedung sekolahnya pun lebih besar.
2. Ceritakan keunggulan di SD
Anak saya suka sekali jika bercerita tentang dongeng atau kisah tertentu. Dirinya senang mengetahui lebih banyak cerita dari berbagai daerah. Disitu saya menggali rasa penasarannya dengan berkata,
"Nanti kalau di SD, Teteh akan bisa membaca banyak cerita begini lho. Di SD ada buku-buku di perpustakaannya banyak, bisa baca disana sepuasnya."
Saya menceritakan keunggulan SD yang memiliki banyak plusnya dibandingkan sekolah TK nya. Dari situ dapat memantik rasa penasaran dalam dirinya.
3. Libatkan anak dalam memilih sekolah
Saya biasanya akan mensurvei sekolah sebelum memutuskan anak akan bersekolah dimana. Saya juga turut membawa serta si anak. Disana saya akan menunjukkan apa saja yang ada di sekolah barunya. Anak saya akan memilih sekolah yang menarik minatnya. Walaupun nantinya keputusan SD mana yang akan dituju, tetapi anak sudah tahu tentang gambaran sekolah barunya.
Tanda Anak Sudah Siap Masuk Sekolah SD
Sobat MQ, dalam sebuah seminar parenting yang diadakan oleh sekolah penggerak TKIT Nurussunnah Batam saya mulai paham bahwa orangtua harus tahu tanda anak siap masuk SD. Pembicara sekaligus psikolog yang dihadirkan dalam acara tersebut membahas tanda anak sudah siap masuk SD.
Mengangkat tema 'Mengoptimalkan Perkembangan Anak untuk Kesiapan Sekolah dan Masa depan' materi ini dibawakan oleh Ibu Paramita Estikasari, S.Psi., M.Psi., psikolog, beliau menguraikan tanda-tanda anak sudah siap masuk SD. Anak dikatakan siap masuk SD dapat dilihat dari beberapa aspek seperti kognitif, sosial emosional, bahasa, kemandirian seperti berikut ini.
1. Aspek Kognitif (Kecerdasan)
Sob, ketika kita mempersiapkan anak untuk sekolah, pastinya melihat tanda aspek kognitif dahulu. Aspek kognitif yang dimaksud disini adalah kemampuan akademik anak. Kemampuan akademik termasuk kemampuan literasi dan numerasi. Aspek kognitif ini ditandai dengan kemampuan anak bisa membaca, menulis, dan berhitung (calistung).
"Anak saya sudah bisa calistung, jadi anak saya sudah bisa sekolah." (betul apa salah?)
Tentu saja betul! Tetapi baru bisa pada salah satu aspek saja. Anak yang sudah siap masuk sekolah dasar memang sebaiknya sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung. Minimal berhitung 1-10 ya. Karena pelajaran di SD, apalagi saat ini sangat jauh berbeda dengan jaman saya dulu 30 tahun yang lalu hehe.
Dulu, saya masuk SD tahun 1993, masih tak masalah belum bisa calistung. Ada teman saya yang belum bisa calistung. Memang guru kami masih mengajari cara membaca dan menulis. Masuk sekolah pun tanpa tes calistung. Asalkan sudah berusia sudah 7 tahun, sudah bisa masuk SD.
Namun konsep pendidikan tahun 2025 berbeda jauh dengan konsep pendidikan zaman emaknya haha. Sekarang masuk sekolah sudah melalui skrining tes. Makanya saat ini sudah ada program wajib belajar 13 tahun. Artinya harus ditambah sekolah PAUD minimal 1 tahun. Konsep mengenal huruf sudah dikenalkan pada masa pendidikan anak usia dini (PAUD). Jadi sebelum anak-anak masuk sekolah dasar mereka sudah mengenal calistung.
2. Aspek Sosial Emosi
Sob, ceklist kesiapan anak masuk SD yang berikutnya adalah aspek sosial emosi. Bagi anak pendiam, ketika mereka tidak bisa bersosialisasi dengan temannya, maka ini akan menjadi tantangan dan hambatan anak ketika masuk SD. Ketika masalah sosialisasi dengan teman tidak ditangani, akan berefek pada bagian akademiknya. Anak menjadi tidak percaya diri, karena tidak memiliki kawan di sekolah.
Anak akan berpikir, "Aku sekolah, tetapi aku tidak punya kawan." Padahal secara akademik, anak mampu mengikuti pelajaran di SD. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa kemampuan kognitif saja tidak cukup untuk melihat kesiapan anak bisa masuk SD. Semua aspek kemampuan anak harus sudah selesai.
Apa lagi yang termasuk kedalam aspek sosial emosi? Aspek sosial emosi yang termasuk ke dalam kemampuan anak yang disebut 'sudah bisa' masuk SD, misalnya lagi adalah:
- Anak memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain
- Mampu mengatur dan mengontrol emosi
- Bisa berbagi dengan teman
- Tidak mudah tantrum jika bermain
- Bisa mengantri dengan tenang
- Anak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri
3. Aspek Kemampuan motorik
Aspek kesiapan anak masuk SD selanjutnya adalah kemampuan motorik. kemampuan motorik adalah meliputi kemampuan motorik halus dan kasar. Kemampuan motorik halus anak dapat dilihat dari kemampuannya dalam melakukan aktivitas seperti:
- Kemampuan menulis
- Mampu memegang pensil dengan benar
- Mampu membuat garis lurus, lengkung, hingga garis bulatan sederhana
- Mampu memegang gunting dan menggunting dengan benar
Sedangkan, kemampuan motorik kasar pada anak adalah kemampuan fisiknya. Kemampuan fisik ini meliputi kemampuan anak untuk:
- Berjalan, melompat, dan berlari
- Keseimbangan tubuh untuk duduk lama di dalam kelas
- Koordinasi mata-tangan telah terlatih dengan baik
Sob, pernah nggak berpikir ketika mengetahui ada anak kita yang belum belum bisa memegang pensil ketika SD, artinya anak tersebut dari sisi sensorik motoriknya belum siap. Sebaiknya dimatangkan lagi kemampuan motoriknya. Bisa dilatih dengan aktivitas menggunting, mencapit, hingga memungut benda-benda kecil.
Kalau saya pribadi, lebih baik menunda anak masuk SD, daripada saya harus luar biasa effortnya mengajarinya belajar ketika sudah SD. Apalagi pelajaran SD, melihat dari pelajaran SD si Kakak, luar biasa sekali materinya. Daripada saya stress dan emosi, lebih baik ditunda dulu satu tahun sekolahnya.
4. Aspek kemampuan bahasa
Sob, selain kemampuan diatas aspek kemampuan bahasa juga menjadi ceklist kesiapan anak masuk SD. Pentingnya kemampuan bahasa anak akan mempengaruhi kemampuan kognitif dan sosial emosinya. Salah satu tanda adanya perkembangan kognitif adalah perkembangan bahasanya.
Aspek kemampuan bahasa bagi anak yang akan masuk SD meliputi kemampuan ekspresif dan kemampuan reseptif. Kemampuan reseptif seperti kemampuan anak memahami instruksi, contohnya:
Anak mampu memahami perintah-perintah sederhana seperti:
"Tolong ambilkan buku itu."
"Silahkan perkenalkan nama di depan kelas."
Sedangkan kemampuan ekspresif contohnya kemampuan anak menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya, contohnya kemampuan anak untuk mengutarakan keinginan misal:
"Saya ingin pipis, Bu."
"Teman saya memukul, sakit."
Ketika anak memiliki kemampuan bahasa yang cukup, bisa dilihat dari kemampuannya mengutarakan hal-hal sederhana. Dari situ orang tua dapat menilai apakah anak sudah bisa masuk SD atau belum.
Menurut psikolog, Ibu Paramitha pada hari itu, anak yang belum memiliki kemampuan bahasa yang cukup, akan mempengaruhi kemampuan akademik dan emosinya.
Kita ambil contoh misalnya ketika anak disuruh perkenalan diri, tetapi dirinya tidak bisa. Kemudian anak diejek temannya, kena mental, sehingga tidak mau sekolah. Tentu saja akan berimbas pada kemampuan akademik serta mempengaruhi aspek emosi dan sosial.
5. Kemandirian (self care)
Salah satu kemampuan yang wajib dimiliki oleh anak yang akan masuk SD adalah kemandirian anak. Kemampuan anak untuk mandiri perihal hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan dirinya. Kemampuan self care meliputi:
- Kemampuan bebersih diri di kamar mandi
- Bisa memakai dan memasang baju sendiri
- Bisa makan secara mandiri
- Bisa memakai perlengkapan sekolah sendiri
Penutup
Sob, sebagai orangtua tentu kita menginginkan yang terbaik untuk anak. Pendidikan terbaik, waktu terbaik, dan berharap mendapatkan hasil terbaik pula. Namun, ketika masalah sekolah, setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Saya pribadi menganggap, kesiapan anak masuk sekolah sangat subjektif. Anak saya yang pertama, siap masuk SD ketika berusia 6 tahun, namun ketika anak kedua, di usia yang sama, saya belum melihat kematangan semua aspek di atas. Maka saya berpendapat, lebih baik menunda setahun lagi agar dirinya siap masuk SD.
Bagaimana dengan kamu Sob? Kamu punya pengalaman melihat tanda kesiapan anak masuk sekolah? Cerita di kolom komentar ya. Semoga bermanfaat!
Salam,
Yunnie
Posting Komentar
Posting Komentar